Budidaya Ulat Hongkong
Bagi pecinta burung pemakan serangga pasti sudah tidak asing dengan salah satu pakan ini. ya selain jangkrik, ulat hongkong ini jg biasa diberikan keburung sebagai penambah stamina agar burung rajin berbunyi. Untuk berternak ulat ini tidaklah terlalu susah, hanya dibutuhkan sedikit ketelatenan.
Keuntungan berternak ulat hongkong ini adalah tidak membutuhkan ruangan yang besar, cukup dengan kotak kecil, pakan yang tidak susah, tidak mudah mati. Pada wadah kotak ditambahkan jagung halus atau dedak sebagai media dan sekaligus pakan, tambahan pakan bisa berupa sayur-sayuran yang bebas peptisida, seperti daun sawi. Saat perawatan sesekali semprotkan air untuk menjaga kelembapan dan ketersediaan air untuk perkembangan ulat. Tapi jangan sampai terlalu lembab, karena jika terlalu lembab menyebabkan hama berupa kutu-kutu kecil ikut berkembang biak diwadah yang mengganggu perkembangan ulat.
Ulat hongkong apabila telah mencapai usia 2-3 bulan akan berubah menjadi kepik berwarna hitam. pada tahapan menjadi kepik inilah proses reproduksi akan terjadi. Waktu yang dibutuhkan dari proses ini sampai ulat bisa dipanen berkisar 2-3 bulan. Jadi diperkirakan dari telur hingga menjadi kepik dewasa dibutuhkan waktu berkisar 4-6 bulan.
Sebelum menjadi kepik, ulat akan berubah menjadi larva/ kepompong terlebih dahulu. Pada tahapan ini adabaiknya kepompong dipisahkan pada wadah baru untuk menghindari ulat lain memakannya. Proses menjadi kepompong ini memakan waktu 2-4 minggu sampai akhirnya menjadi kepik muda yang berwarna putih.
Wadah perkembangan ulat hongkong dibuat berbentuk kotak dari bahan karton. Ada baiknya tidak menggunakan wadah yang terbuat dari plastik, hal ini untuk menjaga media tidak terlalu lembab. Sebab bila menggunakan wadah plastik dinding-dinding wadah sering berembun yang menyebabkan media yang berupa jagung atau dedak menjadi membusuk. Untuk proses pembuatan wadahnya bisa diliat pada gambar berikut:
Karton dibuat pola seperti gambar diatas dengan jarak 5 cm. Sehingga nantinya kotak yang dibentuk memiliki tinggi 5 cm. Nilai ini bisa diubah sesuai selera.
Potong pola tersebut agar mempermudah proses pembuatan kotak. Lalu isolasi bagian atas yang telah dipotong tersebut.
Isolasi semua dinding kotak agar ulat dan kepik tidak keluar.
Bentuk karton sehingga membentuk kotak. Steples sudut-sudut untuk memperkuat struktur kotak
Isolasi bagian belakang kotak agar struktur kotak tambah kuat dan menutup semua celah.
Kotak sudah bisa digunakan.
Untuk menghemat tempat, kotak yang serupa bisa saling ditumpukkan selama tidak terlalu berat. Untuk menjaga ulat dan kepik dari hama yang berupa semut atau cicak bagian bawah kotak bisa dibuatkan 'kaki' dari batu bata yang telah dibalut lem tikus.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat....
Makasih infonya sob
ReplyDeleteSama", makasih udh mampir..
Delete