Belajar untuk Memaknai Hidup
Hidup akan terasa bermakna, senang, bahagia, damai jika kita berusaha hidup seimbang. Seimbang dibanyak hal. Antara belajar dengan bermain, antara bekerja dengan beristirahat, antara menyendiri dengan berbaur, dan banyak hal lainnya.
Jadi kalau ingin bahagia juga harus siap untuk merasakan kesedihan, kesakitanm kepahitan. Namun orang yang bagus kepribadiannya ialah orang yang tidak larut terus dalam 'energi' negatif tersebut. Tapi malah mengambil pelajaran dari hal tersebut. Shingga bisa lebih memaknai arti dari kebahagiaan itu.
Dengan belajar selalu, mempelajari hal baru, membuat hidup penuh bergairah, seakan selalu bersemangat. Tapi jangan sampai semangat yang berlebih. Karena dapat "membakar" diri sendiri. Segala yang berlebih efeknya tidak baik. Kalau semangat berlebih biasanya berakhir dengan kelelahan, putus asa, dll. Semangat yang baik itu adalah semangat yang stabil namun benar-benar bisa membuat kita terdorong untuk melakukan sesuatu, mencapai cita-cita. Kalau diibaratkan semangat diibaratkan "api", menurut saya "api" yang bagus itu, "api" yang pancaranya tidak terlalu besar namun pancaranya kuat dan keras yang bisa mencairkan besi baja. Ya, semacam kompor gas, atau alat untuk mengelas itu deh, bisa diatur juga kan besar kecilnya.
Belajar itu bisa didapat dari banyak cara, diantaranya: membaca buku, dengan mengamati, dengan mendengarkan, dengan mempraktikan, dengan membicarakannya, atau dengan menuliskannya. Intinya semua panca indra adalah media kita untuk belajar. Dengan membaca kita mengetahui hal baru, dengan mengamati juga begitu, mendengarkan, meraba, mencium, merasakan akan semakin mengingatkan. Jadi di otak hubungan antar neuronnya semakin kuat. Berikut ilustrasinya:
Jika diamati neuron bagi orang yang baru mempelajari hal baru, hubungan antar neuronnya masih tipis-tipis, kecil dan lemah. Namun neuron orang yang sudah mengulang pelajaran-pelajaran baru yang dipelajari bisa dengan menulis, membicarakannya, dengan mempraktikannya atau dengan mengamalkannya, koneksi antar neuron terlihat lebat, terkoneksi, tebal dan kuat.
Apalagi jika pelajaran baru itu kita praktikan, amalkan dalam keseharian maka kita akan semakin ingat. Jadi benar sabda Rasulullah SAW, kalau kita bersedekah (bisa ilmu, harta atau lainnya) maka akan diberi balasan yang berlipat-lipat. Tapi harus ikhlas lho.... Jadi kalau kita berbagi ilmu, bukan berarti kita akan kehilangan ilmu kita, malah menambah ilmu kita, kita jadi semakin ingat tentang ilmu tersebut.
Semoga Bermanfaat.....
Jadi kalau ingin bahagia juga harus siap untuk merasakan kesedihan, kesakitanm kepahitan. Namun orang yang bagus kepribadiannya ialah orang yang tidak larut terus dalam 'energi' negatif tersebut. Tapi malah mengambil pelajaran dari hal tersebut. Shingga bisa lebih memaknai arti dari kebahagiaan itu.
Dengan belajar selalu, mempelajari hal baru, membuat hidup penuh bergairah, seakan selalu bersemangat. Tapi jangan sampai semangat yang berlebih. Karena dapat "membakar" diri sendiri. Segala yang berlebih efeknya tidak baik. Kalau semangat berlebih biasanya berakhir dengan kelelahan, putus asa, dll. Semangat yang baik itu adalah semangat yang stabil namun benar-benar bisa membuat kita terdorong untuk melakukan sesuatu, mencapai cita-cita. Kalau diibaratkan semangat diibaratkan "api", menurut saya "api" yang bagus itu, "api" yang pancaranya tidak terlalu besar namun pancaranya kuat dan keras yang bisa mencairkan besi baja. Ya, semacam kompor gas, atau alat untuk mengelas itu deh, bisa diatur juga kan besar kecilnya.
Belajar itu bisa didapat dari banyak cara, diantaranya: membaca buku, dengan mengamati, dengan mendengarkan, dengan mempraktikan, dengan membicarakannya, atau dengan menuliskannya. Intinya semua panca indra adalah media kita untuk belajar. Dengan membaca kita mengetahui hal baru, dengan mengamati juga begitu, mendengarkan, meraba, mencium, merasakan akan semakin mengingatkan. Jadi di otak hubungan antar neuronnya semakin kuat. Berikut ilustrasinya:
Jika diamati neuron bagi orang yang baru mempelajari hal baru, hubungan antar neuronnya masih tipis-tipis, kecil dan lemah. Namun neuron orang yang sudah mengulang pelajaran-pelajaran baru yang dipelajari bisa dengan menulis, membicarakannya, dengan mempraktikannya atau dengan mengamalkannya, koneksi antar neuron terlihat lebat, terkoneksi, tebal dan kuat.
Apalagi jika pelajaran baru itu kita praktikan, amalkan dalam keseharian maka kita akan semakin ingat. Jadi benar sabda Rasulullah SAW, kalau kita bersedekah (bisa ilmu, harta atau lainnya) maka akan diberi balasan yang berlipat-lipat. Tapi harus ikhlas lho.... Jadi kalau kita berbagi ilmu, bukan berarti kita akan kehilangan ilmu kita, malah menambah ilmu kita, kita jadi semakin ingat tentang ilmu tersebut.
Semoga Bermanfaat.....
Comments
Post a Comment