Mengenal Black Out pada Jaringan Listrik
Blackout pada jaringan listrik dapat diartikan sebagai pemadaman listrik atau biasa disebut "mati listrik" namun dalam jangkauan yang luas. Tiba-tiba suatu wilayah atau daerah kehilangan daya listriknya. Tentu hal ini sangat tidak mengenakkan. Banyak pihak yang merasa dirugikan. Oleh karena itu perlu kita mengetahui apa yang biasa menjadi penyebab blackout, dan apa yang bisa kita lakukan sebagai pelanggan listrik.
Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya black out. Perlu kita ketahui dalam sistem kelistrikan penyaluran listrik di bagi menjadi 3 bagian. Pembangkit, transmisi dan distribusi.
Untuk pembangkit bisa berupa PLTU, PLTA, PLTD, dst. Intinya sumber listrik dihasilkan. Pada pembangkitan ini ada yang di kelola oleh PLN dan anak perusahaannya atau bisa di kelola oleh pihak swasta.
Pada sistem transmisi, bagian yang sering dan kita kenal adalah tower-tower yang tinggi, besar, dan melintasi berbagai daerah. Tegangan yang melintasi ini memiliki tegangan yang tinggi, biasanya 150 KV. Untuk bagian transmisi penulis masih perlu banyak belajar, kemungkinan akan dijelaskan lagi dikemudian hari.
Sistem distribusi biasa kita liat pada pinggiran jalan yang terdiri dari tiang dengan 3 kabel. Dari tiang dengan 3 kabel ini nantinya akan masuk ke jaringan listrik rumah. Tegangan di tiang ini besarnya 380 V dan sebelum masuk ke listrik rumah akan diturunkan dahulu ke 220 volt.
Nah, itu gambaran umum dari sistem kelistrikan. Untuk menghindari terjadinya black out,, tentu ke 3 sistem ini harus di jaga keandalannya.Sekarang membahas apa saja penyebab black out.
Pada sistem pembangkit penyabab blackout biasanya disebabkan oleh gangguan pada unit pembangkitan (PLTU, PLTD, PLTA dll). Gangguan yang menyebabkan pembangkit trip atau mati tentunya akan menyebabkan pasokan listrik pada sistem berkurang. Hal ini biasanya ditandai dengan frekuensi yang menurun. Jika frekuensi terlalu turun dan pembangkit lain tidak bisa menutupi kekurangan, pada jaringan listrik ada sistem pengaman Under Frekuensi Relay (UFR) bekerja. UFR bekerja jika frekuensi terlalu rendah. Hal ini menyebabkan beberapa daerah akan mengalami pemadaman listrik.
Kalau pada jaringan transmisi dan distribusi gangguannya hampir sama. Antara gangguan alam, kerusakan alat karena umur atau karenanya kesalahan pemasangan (human error'), bisa juga ada pengalihan aliran listrik guna perawatan atau perbaikan alat.
Contoh yang sering terjadi ada pohon tumbang yang menyebabkan tiang listrik roboh. Jika ini terjadi tentu pasokan listrik akan terganggu.
Ketiga bagian pada sistem kelistrikan ini (pembangkit, transmisi dan distribusi) saling berkaitan. Hal yang paling menakutkan dan dihindari adalah black out total, dimana listrik pada jaringan benar-benar kosong atau kekurangan.
Berikut contoh kasus black out:
Salah satu pembangkit trip/ mati, hal ini menyebabkan unit pembangkit lain memikul lebih berat untuk mensuplai listrik. Yang jika unit lainnya tidak kuat mensuplay listrik di jaringan dapat menyebabkan unit lain ikut trip. Jika di analogikan saat kita perahu yang di dayung 2 orang, jika salah satu berhenti mendayung tentu pendayung yang lain akan lebih menerima beban untuk mendayung, yang jika tidak kuat tentu akan mengalami kelelahan yang akhirnya perahu terbalik terkena ombak.
Biasanya saat ada unit yang trip frekuensi pada jaringan menurun. Besar Penurunan yang terjadi tergantung dari besar kemampuan eksport listrik dari unit tersebut. Jika terlalu rendah seharusnya pada sistem kelistrikan UFR bekerja untuk mengamankan frekuensi. Namun jika tidak bekerja dapat menyebabkan hunting atau naik turunnya frekuensi yang bisa menyebabkan unit pembangkit lain trip. Kalau kita di rumah frekuensi naik turun ditandai dengan lampu atau TV yang terlihat redup-redup.
Jika trip pada unit besar terjadi, tentu bisa terjadi blackout total. Untuk bisa kembali normal butuh waktu yang cukup lama. Biasanya untuk memulai pemasokan listrik dimulai dari PLTD yang mampu memulai tanpa membutuhkan pasokan listrik dari luar. Berbeda dengan PLTU atau PLTA atau mikrohidro. Pada PLTU atau PLTA membutuhkan listrik untuk menyalakan motor, pompa-pompa, atau motor-motor Valve. Memang sih dalam keadaan emergensi setiap unit harus memiliki mesin diesel sendiri untuk bisa memulai start up. Namun terkadang pada sistem besar membutuhkan energi yang besar.
Yang bisa kita lakukan sebagai pelanggan listrik untuk menghindari pemadaman, yaitu:
Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya black out. Perlu kita ketahui dalam sistem kelistrikan penyaluran listrik di bagi menjadi 3 bagian. Pembangkit, transmisi dan distribusi.
Untuk pembangkit bisa berupa PLTU, PLTA, PLTD, dst. Intinya sumber listrik dihasilkan. Pada pembangkitan ini ada yang di kelola oleh PLN dan anak perusahaannya atau bisa di kelola oleh pihak swasta.
Pada sistem transmisi, bagian yang sering dan kita kenal adalah tower-tower yang tinggi, besar, dan melintasi berbagai daerah. Tegangan yang melintasi ini memiliki tegangan yang tinggi, biasanya 150 KV. Untuk bagian transmisi penulis masih perlu banyak belajar, kemungkinan akan dijelaskan lagi dikemudian hari.
Sistem distribusi biasa kita liat pada pinggiran jalan yang terdiri dari tiang dengan 3 kabel. Dari tiang dengan 3 kabel ini nantinya akan masuk ke jaringan listrik rumah. Tegangan di tiang ini besarnya 380 V dan sebelum masuk ke listrik rumah akan diturunkan dahulu ke 220 volt.
Nah, itu gambaran umum dari sistem kelistrikan. Untuk menghindari terjadinya black out,, tentu ke 3 sistem ini harus di jaga keandalannya.Sekarang membahas apa saja penyebab black out.
Pada sistem pembangkit penyabab blackout biasanya disebabkan oleh gangguan pada unit pembangkitan (PLTU, PLTD, PLTA dll). Gangguan yang menyebabkan pembangkit trip atau mati tentunya akan menyebabkan pasokan listrik pada sistem berkurang. Hal ini biasanya ditandai dengan frekuensi yang menurun. Jika frekuensi terlalu turun dan pembangkit lain tidak bisa menutupi kekurangan, pada jaringan listrik ada sistem pengaman Under Frekuensi Relay (UFR) bekerja. UFR bekerja jika frekuensi terlalu rendah. Hal ini menyebabkan beberapa daerah akan mengalami pemadaman listrik.
Kalau pada jaringan transmisi dan distribusi gangguannya hampir sama. Antara gangguan alam, kerusakan alat karena umur atau karenanya kesalahan pemasangan (human error'), bisa juga ada pengalihan aliran listrik guna perawatan atau perbaikan alat.
Contoh yang sering terjadi ada pohon tumbang yang menyebabkan tiang listrik roboh. Jika ini terjadi tentu pasokan listrik akan terganggu.
Ketiga bagian pada sistem kelistrikan ini (pembangkit, transmisi dan distribusi) saling berkaitan. Hal yang paling menakutkan dan dihindari adalah black out total, dimana listrik pada jaringan benar-benar kosong atau kekurangan.
Berikut contoh kasus black out:
Salah satu pembangkit trip/ mati, hal ini menyebabkan unit pembangkit lain memikul lebih berat untuk mensuplai listrik. Yang jika unit lainnya tidak kuat mensuplay listrik di jaringan dapat menyebabkan unit lain ikut trip. Jika di analogikan saat kita perahu yang di dayung 2 orang, jika salah satu berhenti mendayung tentu pendayung yang lain akan lebih menerima beban untuk mendayung, yang jika tidak kuat tentu akan mengalami kelelahan yang akhirnya perahu terbalik terkena ombak.
Biasanya saat ada unit yang trip frekuensi pada jaringan menurun. Besar Penurunan yang terjadi tergantung dari besar kemampuan eksport listrik dari unit tersebut. Jika terlalu rendah seharusnya pada sistem kelistrikan UFR bekerja untuk mengamankan frekuensi. Namun jika tidak bekerja dapat menyebabkan hunting atau naik turunnya frekuensi yang bisa menyebabkan unit pembangkit lain trip. Kalau kita di rumah frekuensi naik turun ditandai dengan lampu atau TV yang terlihat redup-redup.
Jika trip pada unit besar terjadi, tentu bisa terjadi blackout total. Untuk bisa kembali normal butuh waktu yang cukup lama. Biasanya untuk memulai pemasokan listrik dimulai dari PLTD yang mampu memulai tanpa membutuhkan pasokan listrik dari luar. Berbeda dengan PLTU atau PLTA atau mikrohidro. Pada PLTU atau PLTA membutuhkan listrik untuk menyalakan motor, pompa-pompa, atau motor-motor Valve. Memang sih dalam keadaan emergensi setiap unit harus memiliki mesin diesel sendiri untuk bisa memulai start up. Namun terkadang pada sistem besar membutuhkan energi yang besar.
Yang bisa kita lakukan sebagai pelanggan listrik untuk menghindari pemadaman, yaitu:
- Jangan menanam pohon disekitar jaringan listrik
- Jika inggin melakukan penebangan pohon dan ada resiko mengganggu kabel listrik disekitarnya, sebaiknya hubungi pihak PLN untuk bersiaga
- Jangan melakukan pencurian listrik. Cara ini ilegal, tentu sangat beresiko menyebabkan jaringan listrik rusak.
- Melakukan penghematan dalam penggunaan listrik. Jika ada alat elektronik yang tidak digunakan alangkah baiknya untuk dimatikan.
- Bersabar jika memang ada masalah atau gangguan pada jaringan listrik. Kita sebagai pelanggan harus berusaha memahami gangguan yang terjadi. Dari pihak PLN tentu tidak ingin pemadaman terjadi.
Yang perlu diingat saat terjadi gangguan selalu ada orang yang bekerja keras untuk mengatasi gangguan tersebut. Walaupun pasokan listrik aman tanpa gangguan akan ada selalu orang yang siap sedia stand bay menjaga pasokan listrik aman.
Semoga bermanfaat....
Comments
Post a Comment