Pentingnya Memaafkan
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, pernah membuat orang lain tersakiti sadar atau tidak. Nah kita pun pernah mengalami atau menjadi objek kesalahan orang lain. Hal ini terkadang membuat kita marah, kesal, malah terkadang mendendam. Tapi apakah itu baik??
Pilihan yang terbaik jika kita menjadi objek atau sasaran kesalahan atau keburukan orang lain adalah memaafkan. Dalam bentuk tulisan atau omongan terlihat mudah. Namun jika kita benar-benar mengalaminya tentu kita akan mengalami kesulitan jika tidak di biasakan.
Pada umumnya kita akan ingin membalas keburukan atau kesalahan seseorang dengan keburukan dan kesalahan pula. Bahkan terkadang ingin membalas dengan yang lebih buruk. Ini lah yang namanya kita mendendam dan tidak mau memaafkan.
Biasanya nih kalau kita sulit memaafkan suatu kesalahan atau keburukan seseorang, hati, perasaan dan pikiran kita akan kacau, gelisah atau tak tenang. Gejolak yang terjadi adalah bagaimana rasa sakit, kesulitan, penderitaan yang kita rasakan bisa di alami orang yang berbuat buruk kepada kita. Kita akan merasa puas bilah hal yang setimpal atau lebih buruk terjadi pada orang tersebut.
Tapi setelah "dendam" itu tercapai apakah kita bisa merasa tenang? Biasanya sih tidak. Kita akan memiliki pola mendendam pada banyak hal, yang membuat hari-hari kita akan dipenuhi energi negatif, dari amarah, kecewa, dengki, frustasi dst. Kalau energi negatif ini bersemayam atau menetap dalam diri seseorang, selain kesehatan jiwa dan pikiran terganggu, kesehatan fisik pun akan terganggu. Kok bisa? Terkadang orang yang mendendam akan mengalami kesulitan tidur, kalau bisa tidur pun tidur tak nyenyak karena pikiran terfokus pada amarah, secara tak langsung kesehatan terganggu.
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Pilihan yang terasa berat namun amat baik bagi diri kita adalah memaafkan. Memang hal ini berat sih, terkadang hanya setengah hati. Namun perlu latihan dan usaha yang berkelanjutan.
Dalam Islam telah di contohkan, sebelum tidur ada baiknya kita memaafkan kesalahannya orang yang telah menyakiti kita. Dengan demikian hati kita lapang, pikiran tenang. Tidur pun terasa lebih nyaman, beban seakan hilang atau setidaknya berkurang.
Ada hal yang lebih baik setelah memaafkan, kita mendoakan orang yang berlaku dzolim atau menyakiti kita dengan doa yang penuh kebaikan. Hal ini menunjukkan hati kita telah berusaha memaafkan. Secara tak langsung doa yang baik ke orang lain akan berdampak baik pula ke kita.
Memaafkan tidak hanya terhadap kesalahan orang lain terhadap diri kita. Namun memaafkan bisa kita lakukan terhadap kesalahan yang kita lakukan terhadap diri sendiri. Disini bukan bermaksud memudahkan seseorang melakukan kesalahan, tapi sebagai usaha kita untuk memperbaiki diri selalu. Kadang ada orang yang jika mengalami kegagalan atau kesalahan tidak mau menerima, dan tak mau memaafkan kesalahan diri, yang akhirnya membuat seseorang merasa hancur dan sulit bangkit.
Beberpa hal tersebut menjadi dasar pentingnya bagi kita untuk memiliki sifat pemaaf. Tak hanya terhadap kesalahan orang lain, namun kita harus belajar bagaimana memaafkan kesalahan diri kita pribadi, sebagai upaya untuk memperbaiki diri.
Semoga bermanfaat...
Pilihan yang terbaik jika kita menjadi objek atau sasaran kesalahan atau keburukan orang lain adalah memaafkan. Dalam bentuk tulisan atau omongan terlihat mudah. Namun jika kita benar-benar mengalaminya tentu kita akan mengalami kesulitan jika tidak di biasakan.
Pada umumnya kita akan ingin membalas keburukan atau kesalahan seseorang dengan keburukan dan kesalahan pula. Bahkan terkadang ingin membalas dengan yang lebih buruk. Ini lah yang namanya kita mendendam dan tidak mau memaafkan.
Biasanya nih kalau kita sulit memaafkan suatu kesalahan atau keburukan seseorang, hati, perasaan dan pikiran kita akan kacau, gelisah atau tak tenang. Gejolak yang terjadi adalah bagaimana rasa sakit, kesulitan, penderitaan yang kita rasakan bisa di alami orang yang berbuat buruk kepada kita. Kita akan merasa puas bilah hal yang setimpal atau lebih buruk terjadi pada orang tersebut.
Tapi setelah "dendam" itu tercapai apakah kita bisa merasa tenang? Biasanya sih tidak. Kita akan memiliki pola mendendam pada banyak hal, yang membuat hari-hari kita akan dipenuhi energi negatif, dari amarah, kecewa, dengki, frustasi dst. Kalau energi negatif ini bersemayam atau menetap dalam diri seseorang, selain kesehatan jiwa dan pikiran terganggu, kesehatan fisik pun akan terganggu. Kok bisa? Terkadang orang yang mendendam akan mengalami kesulitan tidur, kalau bisa tidur pun tidur tak nyenyak karena pikiran terfokus pada amarah, secara tak langsung kesehatan terganggu.
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Pilihan yang terasa berat namun amat baik bagi diri kita adalah memaafkan. Memang hal ini berat sih, terkadang hanya setengah hati. Namun perlu latihan dan usaha yang berkelanjutan.
Dalam Islam telah di contohkan, sebelum tidur ada baiknya kita memaafkan kesalahannya orang yang telah menyakiti kita. Dengan demikian hati kita lapang, pikiran tenang. Tidur pun terasa lebih nyaman, beban seakan hilang atau setidaknya berkurang.
Ada hal yang lebih baik setelah memaafkan, kita mendoakan orang yang berlaku dzolim atau menyakiti kita dengan doa yang penuh kebaikan. Hal ini menunjukkan hati kita telah berusaha memaafkan. Secara tak langsung doa yang baik ke orang lain akan berdampak baik pula ke kita.
Memaafkan tidak hanya terhadap kesalahan orang lain terhadap diri kita. Namun memaafkan bisa kita lakukan terhadap kesalahan yang kita lakukan terhadap diri sendiri. Disini bukan bermaksud memudahkan seseorang melakukan kesalahan, tapi sebagai usaha kita untuk memperbaiki diri selalu. Kadang ada orang yang jika mengalami kegagalan atau kesalahan tidak mau menerima, dan tak mau memaafkan kesalahan diri, yang akhirnya membuat seseorang merasa hancur dan sulit bangkit.
Beberpa hal tersebut menjadi dasar pentingnya bagi kita untuk memiliki sifat pemaaf. Tak hanya terhadap kesalahan orang lain, namun kita harus belajar bagaimana memaafkan kesalahan diri kita pribadi, sebagai upaya untuk memperbaiki diri.
Semoga bermanfaat...
Comments
Post a Comment