Rasa Takut kepada Allah
Bismillahirrahmanirrahim....
Tulisan ini merupakan rangkuman dari ceramah yang di sampaikan di Masjid Sulaiman, Lotim. Untuk ustad yang menyampaikannya mohon maaf tidak tahu namanya. Membahas Kitab riyadus Sholihin Bab 50, rasa takut kepada Allah Subhanahuwataalla
Inti ibadah ada 3 yang harus ada : Cinta kepada Allah, takut kepada Allah (Al khauf), beribadah karena mengharapkan kebaikan Allah (Rodja)
Kalau tidak lengkap dari ketiga ini, maka tak akan baik hasilnya. Ibaratnya 2 sebagai sayap pada burung, yang satu sebagai kepala yaitu cinta kepada Allah. Contoh yang salah, orang tasawuf yang hanya cinta kepada Allah tapi tak takut kepada neraka dan tak mengharap surga, maka banyak penyimpangannya. Analoginya jika kita tak takut sama polisi, tentu kita melanggar lampu merah. Kacau jadinya.
Ibadah karena cinta kepada Allah, takut karena adzab Allah, dan mengharapkan kebaikan dari Allah.
Kalau cinta aja = tasawuf, kalau takut saja = khawarij, kalau hanya berharap saja = agama orang murjiah - larangan Allah di remehkan. Kalau orang mukmin yang benar beribadah karena ketiga hal ini.
Ada yang beribadah harus takut kepada Allah, jika ia melihat dan mengingat dosa maka ia akan takut kepada Allah. Karena dosa kita akan tertulis tak ada yang tersembunyi.
Tak ada jalan Kembali kecuali bertobat kepada Allah.
Harus takut kepada adzab Allah, jangan merasa aman. Jangan berputus asa kepada Rahmat Allah. Walau sebesar apapun kesyirikan yang permah kita lakukan, kembalilah dengan bertobat kepada Allah.
Syirik adalah dosa yang paling besar. Sebelum mati masih ada kesempatan untuk tobat. Jika kita tobat maka dosa dan kesalahan kita alan di ampuni.
Jika mengingat ampunan Allah , kebaikan Allah, maka akan menumbuhkan rasa berharap kepada Allah. Maka seorang hamba berada pada rasa takut dan berharap kepada Allah.
Mana yang harus di lebihkan antara rasa takut dan berharap? Apaka ia melebihkan rasa takut atau melebihkan rasa berharap, hendaklah seorang mukmin memiliki rasa takut dan berharap yang sama besar / beratnya. Jika ada yang di lebihkan maka akan membuat orang tersebut binasa. Karena jika rasa harapnya berlebihan maka orang ini akan merasa aman dari adzab Allah. Contoh kenapa masih riba? Allah maha pengampun. Jika rasa takutnya yang berlebihan, maka ia akan menjadi orang yang berputus asa dari Rahmat Allah. Keduanya ini tidak bagus. Maka sebaiknya orang mukmin memiliki rasa takut dan berharap yang sama.
Kalau kita berteman kepada orang yang tidak takut kepada Allah maka kita akan bisa tertular juga rasa tak takutnya kepada Allah. Makanya ahlussunah jauh dari orang yang tak taat ini. Walaupun diberi ribuan dalil akan ditolak. Beda dengan ahlussunah 1 dalil langsung menerima dan melaksanakannya.
Dalam tulisan ini jika ada salah dalam penulisan atau salah maknanya mohon kritik dan sarannya. Di tulis dengan beberapa penyesuaian menggunakan bahasa penulis.
Semoga bermanfaat.....
Tulisan ini merupakan rangkuman dari ceramah yang di sampaikan di Masjid Sulaiman, Lotim. Untuk ustad yang menyampaikannya mohon maaf tidak tahu namanya. Membahas Kitab riyadus Sholihin Bab 50, rasa takut kepada Allah Subhanahuwataalla
Inti ibadah ada 3 yang harus ada : Cinta kepada Allah, takut kepada Allah (Al khauf), beribadah karena mengharapkan kebaikan Allah (Rodja)
Kalau tidak lengkap dari ketiga ini, maka tak akan baik hasilnya. Ibaratnya 2 sebagai sayap pada burung, yang satu sebagai kepala yaitu cinta kepada Allah. Contoh yang salah, orang tasawuf yang hanya cinta kepada Allah tapi tak takut kepada neraka dan tak mengharap surga, maka banyak penyimpangannya. Analoginya jika kita tak takut sama polisi, tentu kita melanggar lampu merah. Kacau jadinya.
Ibadah karena cinta kepada Allah, takut karena adzab Allah, dan mengharapkan kebaikan dari Allah.
Kalau cinta aja = tasawuf, kalau takut saja = khawarij, kalau hanya berharap saja = agama orang murjiah - larangan Allah di remehkan. Kalau orang mukmin yang benar beribadah karena ketiga hal ini.
Ada yang beribadah harus takut kepada Allah, jika ia melihat dan mengingat dosa maka ia akan takut kepada Allah. Karena dosa kita akan tertulis tak ada yang tersembunyi.
Tak ada jalan Kembali kecuali bertobat kepada Allah.
Harus takut kepada adzab Allah, jangan merasa aman. Jangan berputus asa kepada Rahmat Allah. Walau sebesar apapun kesyirikan yang permah kita lakukan, kembalilah dengan bertobat kepada Allah.
Syirik adalah dosa yang paling besar. Sebelum mati masih ada kesempatan untuk tobat. Jika kita tobat maka dosa dan kesalahan kita alan di ampuni.
Jika mengingat ampunan Allah , kebaikan Allah, maka akan menumbuhkan rasa berharap kepada Allah. Maka seorang hamba berada pada rasa takut dan berharap kepada Allah.
Mana yang harus di lebihkan antara rasa takut dan berharap? Apaka ia melebihkan rasa takut atau melebihkan rasa berharap, hendaklah seorang mukmin memiliki rasa takut dan berharap yang sama besar / beratnya. Jika ada yang di lebihkan maka akan membuat orang tersebut binasa. Karena jika rasa harapnya berlebihan maka orang ini akan merasa aman dari adzab Allah. Contoh kenapa masih riba? Allah maha pengampun. Jika rasa takutnya yang berlebihan, maka ia akan menjadi orang yang berputus asa dari Rahmat Allah. Keduanya ini tidak bagus. Maka sebaiknya orang mukmin memiliki rasa takut dan berharap yang sama.
Kalau kita berteman kepada orang yang tidak takut kepada Allah maka kita akan bisa tertular juga rasa tak takutnya kepada Allah. Makanya ahlussunah jauh dari orang yang tak taat ini. Walaupun diberi ribuan dalil akan ditolak. Beda dengan ahlussunah 1 dalil langsung menerima dan melaksanakannya.
Dalam tulisan ini jika ada salah dalam penulisan atau salah maknanya mohon kritik dan sarannya. Di tulis dengan beberapa penyesuaian menggunakan bahasa penulis.
Semoga bermanfaat.....
Comments
Post a Comment